Kamis, 15 November 2018

INDONESIA A COLONIAL PRESENT IN WETS PAPUA

WEST PAPUA:

INDONESIA A COLONIAL PRESENT IN WETS PAPUA

(Indonesia Kolonial Di Era Moderen di West Papua)

Oleh Dr. Socratez S.Yoman

1. Pendahuluan

Dewasa ini kebanyakan para intelektual, ilmuwan, cendikiawan, antropolog, sosiolog, budayawan, seniman, birokrat, politisi,anggota TNI/Polri, agamawan/rohaniawan, para pemuda asal West Papua telah kehilangan kesadaran.  Dan hati nurani mereka sudah dilumpuhkan dan lagi  identitas dan jati diri mereka sudah dicabut dengan akar-akarnya dari sistem penguasa kolonial Indonesia. Kebanyakan dari mereka memilih atau bersembunyi di "zona nyaman" karena mereka sudah memiliki "rasa mapan" dengan kedudukan, jabatan dan berbagai fasilitas mewah.

Walau hati nurani mereka dilumpuhkan, mencari zona nyaman,  HARUS diakui jujur,  bahwa orang-orang terdidik dari West Papua yang menduduki pada posisi penting dan strategis di berbagai institusi pemerintahan kolonial Indonesia bukan diberikan oleh penguasa kolonial.  Mereka menduduki posisi itu memang karena prestasi dan kemampuan mereka sendiri.

Dalam posisi seperti itu, kehadiran mereka tentu saja berdampak positif untuk rakyat dan bangsa West Papua.  Sebaliknya,  keberadaan mereka itu mengkekalkan, memperkokoh, memperpanjang pendudukan, penjajahan dan penderitaan bangsa sendiri.

Tulisan artikel ini berangkat dari berbagai analisa kritis penulis tentang peran dan dinamika orang-orang terdidik asal West Papua dalam masyarakat.

Contohnya ada anggota TNI/Polri asal West Papua masuk gereja pada ibadah Hari Minggu dan mengajarkan anak-anak Sekolah Minggu tentang Pancasila dan tunjukkan gambar burung Garuda. Ini yang penulis maksudkan orang-orang terdidik yang sudah dilumpuhkan hati nuraninya.

Lebih mulia  bagi Gereja Tuhan apabila dalam Sekolah Minggu diajarkan tentang nama Yesus Kristus dan Firman-Nya bukan patung Firaun Garuda.

Penulis orang yang sudah sekolah dan pemimpin Gereja Tuhan & Jemaat Tuhan  SANGAT tidak setuju dengan kejahatan dan pengkhiatan dalam Gereja TUHAN.

 2. Dr. Veronika Kusumaryati

Penulis menyampaikan terima kasih banyak kepada Dr. Veronika atas sumbangsihnya tentang situasi yang dihadapi rakyat dan bangsa West Papua.  Memang harus diakui jujur, Dr. Veronika bukan satu-satunya yang peduli atas masalah di West Papua,  masih banyak orang terdidik dari Indonesia dan komunitas internasional yang memberikan perhatian dan kepedulian atas penderitaan bangsa West Papua.

Penulis apresiasi Dr. Veronika karena dalam judul Disertasi Program Doktornya di Universitas Harvard Amerika telah mempertahankan di depan pengujinya dengan judul:  "Ethnography of a Colonial Present: History, Experience, and Political Consciousness in West Papua" memberikan fakta-fakta pendudukan, kolonialisme/penjajahan penguasa Indonesia di West Papua.

Mengapa penulis menyampaikan terima kasih kepada Dr. Veronika? 

Dr. Veronika ialah generasi muda Indonesia yang dapat  melihat dan menyatakan melalui karya ilmiahnya bahwa Indonesia ialah kolonial di era moderen di West Papua. Dengan pengkuan seperti ini membenarkan dan memperkuat perjuangan rakyat dan bangsa West Papua melawan pendudukan dan kolonialisme Indonesia atas bangsa West Papua.

Karya Dr. Veronika juga secara tidak langsung menampar wajah  beberapa ilmuwan, cendikiawan asal West Papua  yang sering menulis Disertasi Doktornya hanya menyenangkan hati para kolonial Indonesia dan  pujian dari para penjajah. 

Penulis sangat respek dan tidak mengecilkan peran para intelektual West Papua yang mengabdikan ilmu dan disertasi mereka yang  sering tidak seirama dengan  agenda penguasa kolonial Indonesia di West Papua. Para cendikiawan West Papua menulis yang berseberangan dengan kolonial Indonesia, karya-karya anak bangsa pemilik negeri West Papua selalu distigma suara seperatis melawan NKRI. 

Dr. Veronika sudah berdiri bersama ilmuwan yang tertolak. Karena itu,  kolonialisme Indonesia di West Papua HARUS dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan & perikeadilan.

ITW18102018;10:48AM