Porom Wenda: Janji Akan Perang Masyarakat Kosongkan Lanijaya
Pimpinan TPNPB wilayah Lanijaya Purom Okiman Wenda menyatakkan sikap perang terbuka dengan militer Indonesia demi perjuangan kemerdekaan bangsa Papua. Setelah perang terbuka beberapa waktu lalu, di Kampung Popome Distrik Balingga Kabupaten Lanijaya.
Sesudah itu pendoropan militer Indonesia di wilayah itu penambahan dalam jumlah 30 sampai 50 personil Tentara dan Polisi Indonesia pada tanggal 7/11/2018, bukan hanya di Lanijaya tetapi di Puncakjaya Distrik Tingginambut, Distrik Yambi, Ilaga dan Sinak.
Pengakuan itu disampaikan dengan pernyataan dalam sebuah rekaman audio via telepon. Okiman menyampaikan sikap tegas bahwa dirinya tak akan menyerah kepada NKRI, “saya tidak bisa menyerah, TNI Polri minta saya menyerah saya tidak bisa menyerah, saya mau perang, tidak mau penyerah”, ungkapnya dalam rekaman audio telepon yang diterima TPNPBnews, (11/11/2018). Menyerah berarti tunduk pada penjajah dan bagi TPNPB kata menyerah adalah penghianat.
Maka sebagaimana permintaan Kapolda Papua mengajak Purom Okiman Wenda dan Pasukannya menyerah kepada NKRI, namun telah menolak dan menyatakan sikap akan perang untuk perjuangan kemerdekaan bangsa Papua.
Sambungnya terkait penambahan pasukan TNI POLRI di wilayah konflik bersenjata, ia
menyebutkan beberapa daerah melakukan penambahan pasukan TNI Polri. “TNI Polri turun itu banyak raturan orang turun itu, macam Puncakjaya, Ilaga Lanijaya itu di sinak banyak orang yang turun itu. Jadi kalo mobil ada 30 orang 50 orang pake mobil begitu”, kata Purom Okiman Wenda.
Ia juga menyebutkan penyesiran dan pembakaran rumah warga dilakukan oleh gabungan TNI Polri di Distrik Tingginambut dan Pirime di Lanijaya, “penyisiran macam di Guragi di Pirime honai-honai suda bakar itu, dan macam di lanijaya ini bakar honai juga dan kita perang anggota saya 2 orang ditembak itu”. Kata Purom Okiman.
TNI POLRI memaksakan warga setempat di Distrik Balingga memasang bendera merah putih dan penyesiran tanpa memandang disertai pembakaran rumah sehingga banyak masyarakat mengungsi ke hutan. Seperti yang disampikan Purom Okiman Wenda bahwa, “TNI POLRI paksakan masyarakat pasang bendera mera puti baru itu bilang merah putih kuasai dan yang tidak pasang bendera usir dari rumah bakar honai, jadi masyarakat dikosongkan di kampung-kampung masyarakat kasi bubar semua, honai semua dibakar itu”, Kata dia.
Purom Okiman Wenda juga menghimbau kepada warga sipil orang non Papua yang ada di wilayah Lanijaya segerah pulang. Karena dengan alasan bahwa Purom dan pasukannya akan tetap perang maka demi keselamatan warga sipil maka segerah kosongkan Wilayah Lanijaya.
TNI Polri brutal terhadap warga sipil di Distrik Ballingga wilayah Lanijaya, maka TPNPB tak
akan memandang siapapun warga sipil dan TNI Polri. “Masyarakat yang tinggal itu untuk mati, harus kosongkan dari wilayah Lanijaya, saya dengan pasukan siap lawan, kami tidak mau menyerah sebelum Papua merdeka, kita berjuang untuk Papua merdeka”, Kata Wenda dalam sebuah rekaman audio telepon kepada TPNPB News.
Pimpinan TPNPB wilayah Lanijaya Purom Okiman Wenda menyatakkan sikap perang terbuka dengan militer Indonesia demi perjuangan kemerdekaan bangsa Papua. Setelah perang terbuka beberapa waktu lalu, di Kampung Popome Distrik Balingga Kabupaten Lanijaya.
Sesudah itu pendoropan militer Indonesia di wilayah itu penambahan dalam jumlah 30 sampai 50 personil Tentara dan Polisi Indonesia pada tanggal 7/11/2018, bukan hanya di Lanijaya tetapi di Puncakjaya Distrik Tingginambut, Distrik Yambi, Ilaga dan Sinak.
Pengakuan itu disampaikan dengan pernyataan dalam sebuah rekaman audio via telepon. Okiman menyampaikan sikap tegas bahwa dirinya tak akan menyerah kepada NKRI, “saya tidak bisa menyerah, TNI Polri minta saya menyerah saya tidak bisa menyerah, saya mau perang, tidak mau penyerah”, ungkapnya dalam rekaman audio telepon yang diterima TPNPBnews, (11/11/2018). Menyerah berarti tunduk pada penjajah dan bagi TPNPB kata menyerah adalah penghianat.
Maka sebagaimana permintaan Kapolda Papua mengajak Purom Okiman Wenda dan Pasukannya menyerah kepada NKRI, namun telah menolak dan menyatakan sikap akan perang untuk perjuangan kemerdekaan bangsa Papua.
Sambungnya terkait penambahan pasukan TNI POLRI di wilayah konflik bersenjata, ia
menyebutkan beberapa daerah melakukan penambahan pasukan TNI Polri. “TNI Polri turun itu banyak raturan orang turun itu, macam Puncakjaya, Ilaga Lanijaya itu di sinak banyak orang yang turun itu. Jadi kalo mobil ada 30 orang 50 orang pake mobil begitu”, kata Purom Okiman Wenda.
Ia juga menyebutkan penyesiran dan pembakaran rumah warga dilakukan oleh gabungan TNI Polri di Distrik Tingginambut dan Pirime di Lanijaya, “penyisiran macam di Guragi di Pirime honai-honai suda bakar itu, dan macam di lanijaya ini bakar honai juga dan kita perang anggota saya 2 orang ditembak itu”. Kata Purom Okiman.
TNI POLRI memaksakan warga setempat di Distrik Balingga memasang bendera merah putih dan penyesiran tanpa memandang disertai pembakaran rumah sehingga banyak masyarakat mengungsi ke hutan. Seperti yang disampikan Purom Okiman Wenda bahwa, “TNI POLRI paksakan masyarakat pasang bendera mera puti baru itu bilang merah putih kuasai dan yang tidak pasang bendera usir dari rumah bakar honai, jadi masyarakat dikosongkan di kampung-kampung masyarakat kasi bubar semua, honai semua dibakar itu”, Kata dia.
Purom Okiman Wenda juga menghimbau kepada warga sipil orang non Papua yang ada di wilayah Lanijaya segerah pulang. Karena dengan alasan bahwa Purom dan pasukannya akan tetap perang maka demi keselamatan warga sipil maka segerah kosongkan Wilayah Lanijaya.
TNI Polri brutal terhadap warga sipil di Distrik Ballingga wilayah Lanijaya, maka TPNPB tak
akan memandang siapapun warga sipil dan TNI Polri. “Masyarakat yang tinggal itu untuk mati, harus kosongkan dari wilayah Lanijaya, saya dengan pasukan siap lawan, kami tidak mau menyerah sebelum Papua merdeka, kita berjuang untuk Papua merdeka”, Kata Wenda dalam sebuah rekaman audio telepon kepada TPNPB News.