Kamis, 15 November 2018

WEST PAPUA: DEMI SEEKOR ANAK KAMBING, SEORANG ANAK ORANG ASLI WEST PAPUA DITABRAK MOBIL

WEST PAPUA:
==============
DEMI SEEKOR ANAK KAMBING, SEORANG ANAK ORANG ASLI WEST PAPUA DITABRAK MOBIL
"""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""""
Oleh Gembala Dr. Socratez S.Yoman

1. Pendahuluan

Pada 9 Mei 2018, jam 19.00 seorang anggota Grup Spirit of Papua membagi seorang anggota polisi sedang menyelamatkan dengan cara  menyeberangkan seekor kucing dari keramaian kendaraan jalan raya. Saya memberikan komentar.

"Kucing (binatang) diselamatkan tapi sebaliknya manusia West Papua ditabrak dan ditembak mati seperti kucing yang dilewatkan dgn selamat tadi. Ini logika apa yg dipakai di West Papua??????"

Betapa mahalnya nilai kucing yang dilindungi oleh aparat keamanan. Memang itu pekerjaan yang baik, tetapi betapa indahnya orang-orang asli West Papua dijaga dan dilundungi martabat mereka dengan cara yang terpuji seperti diperlakukan kepada kucing (binatang).

2. Sopir Pendatang Tabrak seorang anak kecil

Pada hari minggu pada tahun 1973, sekitar jam 7.30 di depan Asrama Sosial GKI/Asrama Pdt. Yan Mamaribo Padang Bulan telah terjadi tabrakan. Saat seorang anak kecil berumur 5 tahun menyebrang jalan, ada sebuah mobil melaju dari arah Abepura menuju Waena. 

Bertepatan lajunya mobil dan anak kecil yang berasal dari Genyem itu ada juga anak kambing menyebrang jalan yang sama.  Sopir orang pendatang ini berusaha menyelamatkan kambing dan menabrak mati anak kecil yang berusia lima tahun ini.

Anak kecil ini mati ditempat kejadian. Sopir lebih menghargai anak kambing, hewan, tapi tidak menghargai manusia West Papua.

Ini kisah nyata. Bukan ilustrasi. Begitupun yang terjadi di mimbar-mimbar Gereja di West Papua.

Para pendeta dari West Papua maupun Indonesia mengutamakan keselamatan dan keamanan orang-orang Indonesia yang datang dan hidup di West Papua tetapi domba-domba, orang asli West Papua, dibiarkan dibantai seperti hewan oleh aparat keamanan demi kepentingan Indonesia.

Para pendeta membisu,  takut  untuk menyatakan kebenaran dan membela hak-hak dasar orang Asli West Papua yang sdg menuju pemusnahan.

ITP, 952018;20.00