Rabu, 07 November 2018

PESAN MORAL KEPADA APARAT TNI-POLRI YANG BERTUGAS DI WEST PAPUA

WEST PAPUA:

PESAN MORAL KEPADA APARAT TNI-POLRI YANG BERTUGAS DI WEST PAPUA

Oleh Gembala Dr. Socratez S.Yoman

1. Pendahuluan

Anda, anggota TNI/Polri ditugaskan Negara dan pemerintah untuk menjaga NKRI. Anda sudah sumpah setia pada NKRI, Pancasila, UUD45, dan Bhineka Tunggal Ika.

Setelah masa tugas, Anda akan kembali ke tanah air dan tanah tumpah darah, tanah leluhurmu. Anda berada di sini karena tugas bukan karena pilihan Anda sendiri. Anda perlu sadar dalam konteks ini.

Sangatlah berbeda dengan penulis. Penulis adalah pemilik negeri ini, Ahli waris negeri ini. West Papua dari Sorong-Merauke adalah Tanah Pusaka abadi penulis. Leluhur  wariskan kepada penulis untuk memelihara dan menikmatinya di atas Tanah ini, anak dan cucu ke depan.

2. Anda sangat salah dan berdosa kalau marah dan membunuh kami

Anda, anggota TNI/Polri, anda sangat salah & berdosa tanpa merasa berdosa dan merasa salah menembak mati dengan mitos anggota OPM, Separatis, dan mitos terbaru KKB/KKSB.

Penulis selalu heran, bagaimana Anda selalu tampil sebagai pahlawan dan penyelamat dan pengayom masyakarat dan sekarang sudah pakai ayat-ayat Alkitab untuk sembunyikan kejahatanmu?  Pahlawan? Penyelamat? Pengayom? Kutib ayat-ayat Alkitab?

Lalu, dimana sebagai pahlawan, penyelamat, pengayom dapat mengungkap penembak mati 4 siswa di Paniai pada 8 Desember 2014? Penulis terus tanya,  karena kasus kejahatan ini, Presiden Republik Indonesia, Ir. Joko Widodo sudah janji untuk pnyelesaiannya.

Penulis ingatkan dan memberikan awasan saja, Anda mengakui penulis sebagai Gembala atau tidak? Karena penulis tidak minta-minta pengakuan Anda  penulis sebagai Gembala.

Penulis tahu Anda marah. Penulis tahu Anda sangat tidak senang. Penulis tahu Anda emosi. Hanya, Anda salah & Anda keliru. Anda akan pergi dari sini & penulis tidak akan pergi dari Tanah ini. Anda marah & tidak senang itu salah tempat &  alamat. Penulis pemilik Tanah ini dan Anda pendatang, lebih tepat kolonial. Di sini perbedaan hakikinya.

Penulis sebagai Gembala mau ingatkan kepada Anda, anggota TNI/Polri bahwa di atas Tanah ini, dari Sorong-Merauke ada sesuatu bahaya yang Anda/ Anggota TNI/polri tabur/tanam. 

Anda mewariskan dan  menanamkan penderitaan panjang umat Tuhan. Tetesan air mata tidak pernah berhenti di Tanah leluhur mereka.  Darah umat Tuhan pemilik Tanah ini terus mengalir membasahi tanah ini. Tulang belulang berserakkan di atas tanah milik mereka. 

Apa salah mereka? Apa dosa mereka? Apakah mereka pergi merampas Tanah Anda di Tanah Jawa, Tanah Sumatra, Tanah Kalimantan, Tanah Sulawesi, Tanah Sunda-Sumbawa?

Ingat, hari ini Anda hebat, gagah, punya power/kuasa. Anda bisa perintah. Tapi, setelah tidak berkuasa, tidak berdaya lagi, Anda ingat pesan penulis sebagai Gembala.

"Di atas batu ini, saya meletakkan peradaban orang Papua, sekalipun orang memiliki kepandaian tinggi, akal budi dan marifat, tetapi tidak dapat memimpin bangsa ini. Bangsa ini akan bangkit dan memimpin dirinya sendiri" ( Pdt. Izaac Samuel Kijne, Wasior, Manokwari, 25 /10/ 1925).

:Bagaimana pun bodoh dan primitifnya suatu bangsa, ia akan tumbuh, berkembang dan memiliki naluri mempertahankan hidup" (Mayon Sutrisno: Arus Pusaran Soekarno: Roman Zaman Pergerakan: 2002, hal. 122).

Uskup Dom Carlos Filipe Ximenes Belo, pernah menyatakan imannya:

"...dalam realita kalau sudah menyangkut pribadi manusia, walaupun dengan alasan keamanan nasional, Gereja akan memihak pada person karena pribadi manusia harganya lebih tinggi daripada keamanan negara atau kepentingan nasional" ( Sumber: Frans Sihol Siagian & Peter Tukan: Voice of the Voiceless, 1997, 127).

" Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang" (Lukas 4:18-19).

Waa....

Ita Wakhu Purom, 4 November 2018.