Minggu, 18 November 2018



WEST PAPUA:

SKENARIO KONFLIK BESAR YANG DILAKUKAN PEMERINTAH RI DAN APARAT TNI/POLRI DI WEST PAPUA

Oleh Gembala Dr. Socratez S.Yoman

1. Pendahuluan

Dunia tidak berada dalam Indonesia. Indonesia berada dalam dunia yang sedang berdinamika dan mengglobal. Indonesia tidak bisa hanya bertahan dengan pernyataan usang dan kaku, yaitu jangan  mengganggu kedaulatan negara kami. Negara-negara asing jangan intervensi masalah dalam negeri kami.

Kalau demikian, bagaimana kedaulatan manusia di Indonesia, lebih khusus di West Papua? Apakah kedaulatan wilayah itu harus dipertahankan dengan mengeluarkan darah rakyat?  Apakah mempertahankan integritas wilayah Indonesia itu harus dengan merendahkan integritas dan martabat manusia dengan cara menembak mati dengan stigma separatis dan OPM?

Upaya keras para diplomat Indonesia dan pejabat  pemerintah untuk membendung internasionalisasi persoalan West Papua ternyata gagal. Persoalan West Papua sudah ada di forum-forum resmi dunia.  Yang berkaitan dengan  kemanusiaan,  ketidakadilan, kejahatan dan kekerasan itu  melampaui batas-batas kedaulatan negara dan pasti siapapun  bersuara.

2. Skenari Konflik Besar

Ada upaya sistematis dari penguasa Indonesia, aparat TNI/Polri dan penegak hukum untuk menciptakan konflik besar di West Papua. Strategi yang dibangun dan  indikasi menuju konflik besar di West Papua dengan jalan  memancing emosi rakyat bangsa West Papua.

Mari, kita lihat cara-cara memancing dan memprovokasi rakyat supaya ada reaksi kemarahan dan perlawanan terbuka, yaitu:

2.1. Kasus diskriminasi rasial terhadap Frantinus Nigiri. Kasus rekayasa dan diskriminasi rasil di Pesawat Lion Air di Pontianak pada 28 Mei 2018.

2.2. Pemaksaan kibarkan bendera Merah Putih di Asrama Mahasiswa Surabaya pada 16 Agustus 2018.

2.3. Penangkapan Carol Magal pada 1 September 2018 di Toko Diana Timika Indah Kab. Timika.

2.4. Penggebrekkan kantor KNPB & penangkapan  pada 15 September 2018 di Timika. 2 orang ditembak dan 7 orang ditangkap.

2.5. Operasi penyisiran gabungan TNI/Polri di Pirime Kabupaten Lanny Jayan pada 15 September 2018. Dalam upaya ini ada penyiksaan terhadap rakyat, menembak ternak rakyat seperti babi, kelinci dan ayam.

2.6. Aparat keamanan dan Haji Dahlan membongkar dan menggusur rumah milik suster Inna Gwijangge pada 28 September 2018.

Kita tahu suster Inna Gwijangge ialah tokoh wanita yang sangat berpengaruh dan pahlawan lapangan dalam bidang kesehatan. Ibu Inna sangat dekat dengan rakyat kecil. Di sini, ada potensi perlawanan rakyat untuk mempertahankan rumah Zuster Inna. Tapi Puji TUHAN, ibu Inna dalam keadaan potensi perlawanan besar seperti ini,  ibu Inna  keluar sebagai Pahlawan Perdamaian dan pelindung rakyat dengan tidak mengajak rakyat mengadakan perlawanan. Walaupun peluang itu ada.

Ibu Zuster Inna layak mendapat gelar pahlawan kesehatan rakyat kecil dan pahlawan pembawa damai dan pelindung rakyat. Tuhan Yesus Kristus memberkati ibu dan keluarga dengan berlimpah-limpah. Apa yang hilang dan dirampas paksa oleh Haji Dahlan dan aparat keamanan akan kembali dengan seutuhnya dan sempurna dari Tuhan Yesus Kristus yang ibu percayai dan layani dengan setia selama ini. Ibu Inna punya kepastian dalam Tuhan Yesus dan ibu tetap lindungi rakyatmu.

2.7. Pada 26 September 2018,  di Watikam, distrik Assologaima, Wamena, satu suku kecil, klen Doga menggukuhkan Pangdam XVII Cenderawasih sebagai Kepala Suku marga/Klen Doga.

3. Kami Mampu Jaga Bangsa Kami Dengan Damai

Kita semua patut mengucap syukur dan berterima kasih kepada Tuhan Yesus karena Ia tetap melindungi, menjaga kita semua adalah umat ciptaan-Nya.

Saya menyampaikan hormat dan apresiasi rakyat & bangsa West Papua yang  mampu dan sanggup menggelola dan menyikapi dengan cerdas dan damai upaya provokasi untuk ciptakan konflik yang dilakukan pemerintah Indonesia dan aparat keamanan TNI/Polri & penegak hukum di West Papua.

"KAMI HIDUP &JAGA  RAKYAT  DENGAN DAMAI DI ATAS TANAH LELUHUR KAMI."

IWP, 29 Sep 2018;07:30.